SIANTAR, Armadanews.id |
Anggota DPD RI Pdt Willem TP Simarmata MA bertemu pucuk pimpinan sinode Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) di Kantor Pusat GKPS Pematangsiantar, Selasa (16/2/2021). Gereja harus mengambil peran aktif dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan memupuk kearifan lokal seiring dengan makna pelayanan gereja.
“Tidak ada warna lain selain merah putih, tidak ada rupa lain selain Garuda Pancasila yang menjadi lambang negara kita. Dalam ikatan Bhineka Tunggal Ika, kearifan-kearifan lokal menjadi pemersatu yang paling dasar, sebagaimana yang selalu dilakukan Presiden Joko Widodo, menghargai budaya dan kearifan lokal, menjadi sarana kekuatan untuk menjaga persatuan dan kesatuan kita,” kata Pdt Willem TP Simarmata di hadapan pimpinan Sinode GKPS.

Peran gereja dalam menopang kesatuan dan persatuan NKRI bisa dibuktikan dengan pemeliharaan akan jemaat dengan tidak mengabaikan kearifan lokal yang saling mendukung dengan nilai moral dalam Alkitab.
Dicontohkan Pdt Willem, dalam adat Simalungun ada istilah Ina Pardinding, yang artinya seorang ibu yang mampu menjaga kehormatan keluarganya. Kemudian Ina par para-para, yang mengisyaratkan seorang ibu yang bijaksana yang memiliki kemampuan mengelola keuangan dan keberadaan keluarga. “Ada banyak nilai-nilai luhur yang sudah kita miliki sejak dahulu, harusnya mampu mengajari kita untuk lebih Arif dan bijak sana dalam menjalani kehidupan ini,” ujarnya.
Untuk itulah, peran gereja seperti GKPS harus mampu mengarahkan para pengerja dan jemaat untuk menjadikan kehidupan sehari-hari menjadi penopang keberlangsungan NKRI. “Para hamba Tuhan juga harus kreatif dalam mengelola kehidupan sehari-hari, dengan menggunakan kreatifitas dalam memenuhi kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Moderator UEM (United Evangelical Mission) ini juga menyebutkan, terutama dalam menghadapi pandemi seperti saat ini gereja harus menyadarkan jemaat untuk mematuhi protokol kesehatan. “Kita percayakan kepada pemerintah dengan adanya vaksinasi saat ini, agar kita patuhi,” ujarnya dalam acara yang dipimpin Ephorus GKPS, Pdt. Dr. Deddy Fajar Purba, dan Sekretaris Jenderal, Pdt. Dr. Paul Ulrich Munthe.
Disebutkan, sesuai dengan tema pelayanan GKPS “Persekutuan dan Pelayanan yang berdampak” mestinya diawali dari para pengerja seperti hamba Tuhan, memanfaatkan lingkungan sekitar dan mengikuti perkembangan teknologi dalam rangka revolusi industri 4.0.
Sebagaimana misi para misionaris pada awalnya, pelayanan penginjilan di barengi dengan pendidikan dan pembangunan ekonomi masyarakat. Fungsi itu tidak terlepas dari gereja saat ini, harus berorientasi kepada pembangunan jemaat demi kesejahteraan bersama.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal GKPS Pdt. Dr. Paul Ulrich Munthe saat membuka acara memaparkan kondisi pelayanan GKPS setelah pandemi Covid-19 sejak Maret 2020 lalu. Sinode dilaksanakan secara virtual dan offline bahkan pemilihan pucuk pimpinan sinode GKPS juga sudah dilakukan dengan virtual.
Kemudian usai acara tatap muka, Ephorus GKPS Pdt Dr. Deddy Fajar Purba menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ephorus emeritus HKBP itu karena kesediaannya hadir dan memberikan semangat serta informasi yang sangat berguna untuk pengembangan GKPS ke depan. “Sebagai senior, kehadiran beliau sangat bermanfaat. Kita justru sangat berterima kasih, ada banyak informasi yang menarik dan pemahaman akan kebangsaan yang mendasar kita peroleh hari ini,” katanya. (*/AN)
Discussion about this post