PAKPAK BHARAT – Pohon Kemenyan dengan getah kemenyan masih menempel, siap dipanen. Pohon kemenyan ini ada di Desa Kuta Jungak, Kecamatan Siempat Rube yang menjadi salah satu desa penghasil Kemenyan terbaik di Kabupaten Pakpak Bharat.
Pada masanya, kemenyan asal tanah Pakpak pernah tersohor dan merajai pasar dunia. Bersama getah Kapur (Kafura), minyak nilam dan beberapa komodity lainnya, kemenyan ini menjadi incaran para pedagang Eropa dan Timur Tengah yang datang melalui Pelabuhan Barus. Konon getah kayu kemenyan ini banyak dicari sebagai bahan dasar pembuatan parfum, pewangi ruangan, serta bahan upacara spiritual bagi keyakinan tertentu.
Hingga kini, kisah dan sisa kejayaan kemenyan masih terasa di tanah Pakpak. Para penyadap kemenyan masih banyak ditemui terutama di sekitar Desa Kuta Jungak, Ulu Merah, Lae Langge Namuseng, Pardomuan dan beberapa wilayah lainnya. Kegiatan yang akrab disebut “mrkemenjen” ini tentu ditopang oleh nilai ekonomis kemenyan yang masih menjanjikan.
Kegiatan merkemenjen ini juga sangat banyak mempengaruhi Budaya setempat hingga kini. Pernah dengar seni mrodong-odong,? Nyanyian merdu ini dibwakan oleh seorang prkemenjen (penyadap kemenyan) manakala dia sedang mencari kemenyan dikesunyian hutan yang lebat. Sendirian selama berhari-hari, dia melantunkan nyanyian ini, nyanyian sedih dan pilu, lebih kepada seuntai doa dan pengharapan, agar kelak getah kemenyan yang dia sedang kerjakan saat ini bisa melimpah ruah kalau panen telah tiba.
Pergi ke hutan mencari kemenyan selama berhari-hari, menginap dipondok sangat sederhana, sendirian, dan konon sering didatangi “mpung ndaoh’, sebutan lain bagi siraja rimba menjadi sebuah kisah tersendiri bagi para prkemenjen. Sekali lagi, nilai ekonomis yang ditawarkan oleh getah beraroma wangi ini, sanggup mengusir segala rasa takut, membayangkan aroma rupiah sepulang dari hutan nanti.
Oleh para petani dan penyadap kemenyan saat ini, getah kemenyan dijadikan sebagai simpanan dan tabungan. Getah kemenyan disimpan dan ditimbun di rumah, dan dijual manakala harga kemenyan sedang menaik atau kebutuhan mendesak semisal biaya kuliah anak, biaya berobat, pesta adat, dan sebagainya, bahkan ada yang konon menyimpannya sebagai tabungan Haji. Luar biasa memang. ( CH / MM )