PAKPAK BHARAT – Sirat ketuaan tergambar jelas di wajahnya yang keriput, tubuhnya kian bungkuk dan ringkih dimakan usia. Namun jiwa pejuang terpancar dari sorot matanya yang tajam bagaikan mata elang, semangat yang tak pernah padam, jiwa pejuang menyambut kami, ketika pagi ini berkunjung ke rumahnya di Desa Kuta Tinggi, Kecamatan Salak.
Dialah Gendong Bancin, seorang Veteran Pejuang 45 yang masih hidup hingga saat ini. Meskipun usia tua kian menggerogoti tubuhnya yang ringkih, namun semangat dalam dirinya terus menyala. Tergambar jelas dalam sepenggal kisah yang dia uraikan, momen perjuangan yang dia lakoni bersama teman-temannya mengusir penjajah dari bumi pertiwi.
Tahun 45 (1945) Soekarno memproklamasikan Kemerdekaan di Jakarta, tahun 47 (1947) Belanda datang ke Tanah Simsim, kami tahan di Parjaratan, berperang kami, pakai bambu runcing melawan bedil belanda. Ada teman yang meninggal kalau tidak salah dua orang waktu itu. Sejak itu, sampai bertahun-tahun kami terus kucing-kucingan melawan Belanda. Kalau mereka datang kami tunggu disetiap persimpangan pakai bambu runcing. Anak-anak kami suruh sembunyi di jurang-jurang, ladang, tepi sungai, gunung, dan hutan. Pokoknya ditempat yang tidak bisa diliht Belanda, supaya kami bebas berperang, urai dia penuh semangat.
Lama kami berjuang di tanah Simsim ini, sampai Soekarno bertemu PBB, dia minta supaya Belanda pergi dari Indonesia, sehingga Indonesia Merdeka sepenuhnya, barulah kami berhenti. Ada lonceng di Salak, tong-tong di Sindeka, Tongtong di Binanga Boang, kalau ada berita Belanda datang langsung dibunyikan, kami semua bersiap, bamboo-bambu diruncingkan kembali. Jadi belanda tidak pernah bisa menjajah tanah Simsim ini, tidak pernah itu terjadi,! Pungkas Gentong Bancin.
Kakek dari 52 orang cucu, yang lahir di Kuta Tinggi pada 01 juli 1924 silam ini berpesan, bagi kita generasi masa kini yang menurutnya sering berputus asa dalam hidup, dalam upaya mengisi kemerdekaan yang dulu dia perjuangkan.
Kalau dipikir-pikir, Kemerdekaan kita ini adalah sebuah nasib baik, anugerah Tuhan bagi kita semua. Coba bayangkan bamboo runcing melawan bedil. Belanda itu masih satu kilometer sudah bisa menembak para pejuang, tapi itu tadi, kegigihan adalah kuncinya. Indonesia merdeka ini berkat kegigihan dari para pejuang itu sendiri. Maka kalian anak-anak mud a ini juga haruslah demikian, gigih dalam berjuang, tercapai cita-cita, pesan dia.
Terimakasih kepada Pemerintah mulai dari Pusat sampai Daerah yang telah memperhatikan kami para veteran ini. Terimakasih kepada Bupati dan Pemerintah Pakpak Bharat yang selalu mengundang kami dalam setiap Hari Kemerdekaan, kami diajak melihat langsung bagaimana Proklamasi itu dukumandangkan, kami lihat bendera Merah Putih dikibarkan, terimakasih. Mungkin kami tidak lama lagi akan pergi kepada Tuhan kami, tapi isilah kemerdekaan ini dengan hal-hal yang berguna, bangunlah Negeri ini, Negeri yang pernah kami perjuangkan dengan cucuran keringat, darah dan nyawa, pesan dia menutup kisahnya hari ini.
Seperti katanya, mentari senja kini membayangi hidupnya. Namun jiwa merdeka, semangat perjuangan dan pantang menyerah masih menyala disorot matanya yang tajam. Getar suaranya menyiratkan amarah mendengar kata penjajah. Dia, Gendong Bancin, jiwa pejuang dibalut tubuh yang kian renta, namun dia tidak pernah mengakui bahwa tanah ini milik penjajah, Indonesia Merdeka adalah tujuannya. (CH / MM )